Pantai Lombang Sumenep

Panorama Wisata pantai Lombang Sumenep, Madura

Pantai Slopeng

Panorama Pantai Slopeng Sumenep, Madura.

Asta Tinggi

Wisata Religi Asta Tinggi Sumenep, Madura.

Asta Yusuf

Wisata religi Asta yusuf Talango, Sumenep, Madura.

Asta Gumuk kalianget

Wisata Religi Asta Gumuk brambang Kalianget, Sumenep, Madura.

Asta Katandur kalianget

Wisata Religi Asta Pangeran Katandur Sumenep, Madura.

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 01 Juli 2012

Pantai Slopeng

Pantai Slopeng

Dengan mayoritas warga Madura yang merantau ke luar pulau, ditambah lokasinya yang benar-benar sangat jauh jika kita mengukurnya dari Surabaya, maka bisa dibayangkan minimnya pengunjung obyek wisata yang satu ini. Dari gelagatnya, pemkot setempat pada awalnya melihat potensi wisata yang besar pada obyek wisata yang satu ini, sehingga terlihat bangunan-bangunan pendukung yang lumayan bagus, walaupun saat ini sudah tampak kerusakan disana-sini karena tidak terawat. Lokasi yang sangat jauh ini lah yang membuat harapan pemkot untuk meraup ABPD berlimpah dari obyek wisata ini hanya tinggal impian. Dari Surabaya, dengan sudah adanya jembatan Suramadu-pun, lokasi pantai Slopeng ini bisa dibilang sangat jauh untuk dijangkau. Sekitar 160-180km dijangkau dari sisi manapun. Lokasinya berada dipesisir pantai sebelah utara kota Sumenep.
Tapi justru dengan kondisi seperti inilah sangat menguntungkan untuk penikmat alam seperti kami ini. Kecantikan pantai ini sama sekali belum terusik. Dia secantik kembang desa yang belum terjamah oleh rusaknya kehidupan kota. Karena, bagi saya pribadi, seindah apapun suatu pantai, jika ternyata harus berakhir seperti pantai Kuta di Bali, dimana ratusan pengunjung kleleran disana-sini, dan sampah dimana-mana, maka dimata saya itu menjadi pantai terjelek.
Pantai Slopeng ini memiliki pasir putih (tentu saja itu artinya berwarna kuning) yang semi padat, dimana di belakangnya masih dikelilingi oleh bukit kecil batuan khas pulau madura. Pepohonan semacam palem (saya tidak tahu namanya) menghiasi pesisir pantainya. Lautnya berwarna hijau kebiru-biruan dengan disemarakkan oleh puluhan perahu nelayan yang melempar sauh ditengah sana membuat suasana semakin indah. Garis pantainya sangat panjang sebenarnya, sepanjang lintasan didaerah ini memiliki kondisi pantai yang sama indahnya. Namun untuk yang dikelola ini garis pantainya sekitar 1 km. Dan suasana semakin menyentuh kalbu disaat matahari sore sudah hampir merangkul garis cakrawala. Sayang sekali kami benar-benar dikejar waktu saat ini, sehingga terpaksa harus melewatkan moment yang indah ini.
Disabtu sore ini, penggunjung pantai hanya ada 4-5 pasang muda mudi dan 1 rombongan keluarga saja, ditambah sepasang muda-muda (bukan muda-mudi) yaitu kami tentu saja. Mau teriak teriak dipantai silakan saja. Mungkin yang terganggu hanya pasangan muda-mudi yang sedang saling melancarkan rayuan gombalnya dipinggir sana. Kami benar-benar bisa menikmati keindahan alam pantai ini. Untuk ongkos masuk sepertinya gratis, tidak ada loket, dan kendaraan bisa diparkir dimanapun sesuka hati. Namun penjaga obyek ini sepertinya melihat ada pengunjung yang tidak biasa pada diri kami, maka kami dikenakan biaya parkir Rp.2.000 dan tarif masuk Rp.1.000 untuk satu orang. Tidak ada masalah untuk tarif semurah itu kan.
How to get there :
Untuk menuju Pantai yang satu ini para wisatawan bisa melewati beberapa akses jalan pantai Utara Kab. Sumenep. Akses tersebut bisa dilalui dari Pantai Lombang - Legung - Pantai Slopeng lewat jalan by pass yang sedang dibangun oleh pemerintah. atau bisa juga bisa melalui jalur Sumenep - Ambunten - Pantai Slopeng dengan menggunakan Angkutan Umum dengan Biaya Sekitar RP 6000,-.

Pantai Lombang

129419961238593661
Wisata pantai Lombang terletak di ujung timur pulau Madura. Dari Kota Sumenep, untuk sampai ke lokasi pantai harus ditempuh jarak 30 km ke arah timur daya. Pantai yang dipenuhi cemara udang tersebut memang cukup jauh dari keramaian kota. Transportasi pun yang langsung menuju ke lokasi pantai bisa dikatakan tidak ada. Tapi harus “ calter” colt jenis L300, yang bisa mencapai 75-100 ribu sampai lokasi.
Pantai wisata lombang adalah salah satu aset wisata andalan Sumenep pra dan pasca suramadu. Selain banyak dikunjungi para pelancong dari domestik, juga mancanegara. Pantai lombang memang menyuguhkan hal yang tidak ditemukan di pantai pantai lain di nusantara, selain ditumbuhi pohon cemara udang yang besar-besar dan rindang, juga pasir putihnya yang bersih dan menawan. Ombak juga tidak terlalu besar, sehingga pengunjung bisa bebas mandi di pantai.
Pantai ini menjadi idola pada saat pesta hari raya kupatan/ketupat, tepat tujuh hari idul fitri. Ribuan pengunjung akan memadati pantai untuk merayakan hari raya ketupat bersama keluarganya. Tentu, hasil retribusi pengunjung menyumbangkan PAD bagi daerah.
Pasca Suramadu, objek wisata ini dalam desain plan-nya akan dilengkapi berbagai fasilitas yang membuat nyaman pengunjung, khususnya dari luar daerah. Hotel dan penginapan akses transportasi langsung ke tempat wisata. Bahkan, bandar udara trunojoyo Sumenep, direncanakan dioperasionalkan untuk penerbangan domestik. Di yakini, wisata pantai lombang akan menjadi salah primadona bagi pelancong luar negeri maupun domestik selain beberapa referensi tujuan wisata di jatim lain, kayak bromo, dan Bali.
How to get there :
Untuk menuju Pantai yang satu ini para wisatawan bisa melewati kecamatan gapura dan langsung menuju TKP dengan Angkutan Umum dengan biaya sekitar 10.000 rupiah, dan tiket masuk 3000 per orangnya.

Asta Yusuf - Talango











Asta Sayyid Yusuf adalah wisata ziarah makam salah satu penyebar agama islam di Sumenep. Lokasi makam ini terletak di desa Talango, kecamatan Talango dan harus dilalui dengan menggunakan perahu sebelum sampai ke lokasi makam.
Makam Sayyid Yusuf ini tidak pernah sepi dari peziarah, dan akan semakin ramai saat hari Jumat. Posisi makam Sayyid Yusuf sangat besar, dengan gundukan makam hampir mencapai 1 meter. Di bagian utara makam terdapat pohon besar dan dikelilingi dengan pagar besi. Dari kota Sumenep berkisar 20 kilo meter ke arah Timur. Dengan angkutan umun dengan biaya sekitar 5000 rupiah dan menyebrangi pulau dengan biaya per orang 1000 atau 3000 dengan kendaraan.

Asta Tinggi








Asta Tinggi adalah kawasan pemakaman khusus para Pembesar/Raja/Kerabat Raja yang teletak di kawasan dataran tinggi bukit Kebon Agung Sumenep. Dalam Bahasa Madura, Asta Tinggi disebut juga sebagai Asta Rajâ yang bermakna makam para Pangradjâ (pembesar kerajaan) yang merupakan asta/makam para raja , anak keturunan beserta kerabat-kerabatnya yang dibangun sekitar tahun 1750M. Kawasan Pemakaman ini direncanakan awalnya oleh Panembahan Somala dan dilanjutkan pelaksanaanya oleh Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I
How to get there :
Untuk menuju daerah ini dengan menggunakan Becak dari pusak kota dengan biaya sekitar 10.000 rupiah.

Asta Tinggi memiliki 7 kawasan

1. Kawasan Asta Induk, terdiri dari :
2. Kawasan Makam Ki Sawunggaling Konon diceritakan bahwa K. Saonggaling adalah pembela Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bendoro Moh. Saod) pada saat terjadinya upaya kudeta/perebutan kekuasaan oleh Patih Purwonegoro),
3. Kawasan Makam Patih Mangun,
4. Kawasan Makam Kanjeng Kai/Raden Adipati Suroadimenggolo Bupati Semarang (mertua Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I),
5. Kawasan makam Raden Adipati Pringgoloyo / Moh. Saleh, dimana beliau tersebut pada masa hidupnya menjabat sebagai Patih pada Pemerintahan Panembahan Somala dan Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I,
6. Kawasan Makam Raden Tjakra Sudibyo, Patih Pensiun Sumenep,
7. Kawasan Makam Raden Wongsokoesomo.

Asta Pangeran Katandur











Pada abad ke-15 Asta Pangeran Katandur mulai dikenal oleh masyarakat, beliau mulai hadir di Kota Sumenep pada abad 13 yaitu 1248. nama asli adalah Habib Ahmad Baidawi yang bergelar pangeran Katandur atau Pangeran Sinandur artinya yang menanam. Beliau mempelajari bidang pertanian. Tujuan utamanya adalah menyiarkan agama Islam. Ayahnya bernama Habib Sholeh dengan gelar panembahan Pakaos putra dari Sunan Kudus/ Jakfar Sodik bin Sunan Andung. Beliau adalah wali songo. Jadi Pangeran Katandur merupakan keturunan atau cucu dari Sunan Kudus.Menurut ceritanya sebelum kedatangan Pangeran Katandur, tempat ini merupakan daerah yang sangat tandus sehingga tidak ada tanaman yang hidup, namun keadaan berubah ketika beliau hadir. Alkisah menyebutkan bahwa Pangeran melakukan semedi dibawah pohon beringin kemudian tidak beberapa lama turun hujan. Dan untuk mengenang, sekarang tempat bersemedi pangeran di beri tanda keramik putih. Adapun letaknya tidak jauh dari Asta P. Katandur yaitu kurang lebih 1 km. dan untuk menuju daerah yang terletak di dekat perum bangkal ini dengan menyewa becak yang harganya sesuai tukang becaknya namun umumnya sekitar 5000 rupiah.

Asta Gumuk kalianget






Di desa Kalimo'ok tepatnya di Sebelah timur lapangan terbang Trunojoyo Sumenep terdapat makam atau kuburan/Asta K.Ali Barangbang. Mengapa dikatakan Barangbang, karena terletak di dusun Barangbang. K. Ali Barangbang mempuyai silsilah dari Syekh Maulana Sayyid Jakfar, As Sadik atau dikenal dengan Sunan Kudus yang mempunyai keturunan Pang. Katandur yang mempunyai empat anak yaitu : K. Hatib Paddusan, K. Hatib Sendang, K. Hatib Rajul, K. Hatib Paranggan. Dari Putra pertamanya diberi keturunan K. Ali Barangbang yang wafat 1092 H.Semasa hidup K. Ali adalah merupakan seorang ulama besar dan penyiar agama islam yang sangat disegani. Bahkan raja Sumenep juga berguru ke K. Ali. Konon menurut sejarah beliau. K.Ali mempunyai kelebihan diluar nalar, binatang (kera) di ajari berbicara bahkan sampai bisa mengaji. Pada waktu Sumenep pemerintahannya masih berbentuk kerajaan. Seorang raja mempunyai anak, dititipkan k. Ali untuk belajar mengaji. Ringkas cerita, pada saat belajar mengaji Putra Raja tersebut dipukul oleh K. Ali. Setelah itu Putra Raja pulang dan mengadukan sikap K. Ali pada sang Raja. Jelas raja sangat marah namun Raja tidak langsung menghukum K. Ali namun memerintahkan sang prajurit untuk memanggil k. Ali dan menanyakan alasan kenapa putranya sampai dipukul. Tanpa rasa takut K. Ali menjawab bahwa sebenarnya dia tidak berniat memukul putra raja melainkan kebodohan yang menemani putra raja. Mendengar jawaban tersebut raja tersinggung putranya di anggap bodoh, dengan marah kemudian raja mengatakan hal yang sangat mustahil, raja mengatakan bahwa jika memang K Ali bisa membuat orang pintar dengan memukul maka k. Ali bole pulang membawa kera dengan syarat harus bisa mengajari sang kera mengaji.Ringkasnya sang kera dibawa oleh K. Ali ke rumahnya, dan setiap malam K. Ali mengajak sang kera untuk memancing bersamanya, hingga pada suatu malam tepatnya malam ke 39, K. Ali memberikan tali tambang yang terbuat dari sabut kelapa kepada sang kera dengan cara mengikatkan pada jarinya lalu dibakar. Sambil berkata K. Ali kepada kera : "Hai kera jika sampai pada jarimu api itu dan terasa panas di tanganmu maka teriklah dan katakan panas..." saat itulah kera bisa berbicara dan akhirnya sang kera bisa mengaji.Tiba saatnya sang kera untuk pulang ke keraton dan menunjukkan kemampuannya untuk mengaji. Di keraton K. Ali mengadakan pertemuan besar dengan raja dan disaksikan oleh para punggawa kerajaan sekaligus mengadakan pesta. Setelah semua berkumpul, kemudian sang kera di beri Alquran, dan betapa terkejutnya sang raja beserta para punggawa yang hadir ketika melihat dan mendengar kera mengaji dengan indah. Setelah selesai mengaji k> Ali melemparkan pisang kepada kera dan berkata "Ilmu Kalah Sama Watak" yang dalam bahasa maduranya "Elmo Kala ka Bebethe'". Dan raja pun ikut berbicara bahwa barangsiapa yang menuntut ilmu tidak menginjak tanah brangbang maka ilmunya tidak syah.Begitulah kisah cerita K. Ali yang rasanya sangat sulit di terima dengan akal sehat dan itulah kelebihan K Ai sampai sekarang Asta K. Ali Brangbang tidak pernah sepi dari peziarah. 
lokasi asta ini adalah di dekat Lapangan Terbang Trunojoyo Sumenep, kira kira 5 Km dari Pusat Kota Sumenep. dan bisa dengan menaiki becak dari pusat kota dengan biaya sekitar 7000 rupiah pada umumnya.